mencoba memantulkan kembali semua cahaya yang diterima agar dapat menerangi dunia…

Tag Archives: menulis

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

.

.

.

yang di atas tadi sebenernya intermezzo aja. suka sama puisinya, maknanya dalem. jika hujan itu saya, maka mohon doakan saya tetap bisa bertahan selama bulan juni yang gersang, menanti pergeseran waktu hingga akhirnya turun tepat pada waktunya.. :)

.

sudah lama tidak menulis. maaf. untuk melewatkan sekian banyak lintasan hati yang padahal mungkin bisa jadi sarana berbagi kebaikan..

.

bismillah, ingin mulai merutinkan menulis lagi. penyeimbang dari semua aktivitas sekaligus media untuk memuhasabah diri.

semoga tekadnya bertahan, aamiin :)

 


satu tusukan jarum;
satu tubuh menegang;
satu nyawa meregang.

dan langit kembali muntahkan tangis penyesalan
atas jiwa yang melayang
sia-sia, tanpa makna.

satu butir pil kuningputih;
satu wajah menyeringai pedih;
satu aroma kematian menguar merintih.

dan bumi kembali goncangkan isak kesedihan
atas raga yang terpuruk tak berdaya
kelabukan masa depan bangsa.

berjuta mata memerah saga
berjuta tangan terkepal di dada
berjuta kaki terhentak geram merasa
perlu!
ada usaha, ada karya ada nyata
tak hanya omongkosong belaka
tuk coba hentikan semua.

maka satu pena diangkat.
maka satu mikrofon dinyalakan.
maka satu kalimat digulirkan.
maka satu ide dilontarkan.
maka satu fakta diputuskan.
maka satu rumah rehabilitasi dibangunlah,
maka satu pencegahan serius diporsikan,
dan satu asa perubahan mulai meledak menemukan muaranya.

awalnya
lalu: berjuta.

berjuta pena terangkat, mikrofon menyala,
kalimat bergulir, ide terlontar,
fakta terputus, rehabilitasi terbangun,
pencegahan terporsi,
dan berjuta asa perubahan…
berlarian bebas menemukan muaranya.

hingga akhirnya
… suatu saat nanti,
harap kami

: tak ada tusukan jarum tak lagi pil kuningputih
tak ada tubuh menegang tak lagi wajah menyeringai pedih,
tak ada ada nyawa meregang tak lagi menguar aroma kematian di udara

.
.
.
… dan dunia tak lagi berduka
menyongsong masa depannya.


“Masih blogging ga, Jan?”

… cuma nyengir.

“Belum nih, udah lama gak nulis lagi.”

Ramadhan sudah mau memasuki fase terakhir. Tapi setiap hari pergipagipulangmalamwarawiri, lebih banyak mengerjakan urusan duniawi. Ah, tapi semoga semua ini juga bisa dihitung sebagai usaha ibadah, sebagai sebuah langkah kecil–yang walau terseok-seok–untuk membangun generasi.

Ramadhan sudah hari keduapuluh. rindu duduk lama untuk tilawah, tapi fakta sedihnya seringkali terlalu lelah begitu sampai rumah. Ah, yaumiyahku… pantas saja jadi labil begini…

.

.

menemukan tulisan ini di antara draft-draft blog yang tak jadi diposting. jadi tersentak, lalu menghitung mundur.

membatin.

.

ah… sudah mau Ramadhan lagi…

dan masih tetap warawiri. semoga dapat dinilai sebuah usaha tuk bangun generasi. dan masih tetap berlari dalam sebuah grafik peningkatan yang mungkin tak sepesat yang lain…

tapi kuharap terus ada. tak henti.

.

dan semoga Ramadhan tahun ini bisa lebih baik lagi...

[…mohon sampaikan umurku, Rabb…]